News Breaking
Live
wb_sunny

Breaking News

Breaking News

Pendakian Gunung: Sebaiknya Ditutup atau Diatur?

Pendakian Gunung: Sebaiknya Ditutup atau Diatur?


SESUNGGUHNYA
, larangan untuk melakukan pendakian gunung yang dianggap suci bukan hanya terjadi di Bali. Ada beberapa gunung di dunia yang  sudah terlebih dahulu melarang pendakian dengan alasan yang sama. 

Meski demikian, pernyataan Gubernur Bali I Wayan Koster yang melarang seluruh pendakian gunung-gunung di Bali seperti bom yang mengejutkan banyak orang. Sontak kebijakan itu menjadi berita internasional dan bahan pembicaraan masyarakat, terutama yang berkecimpung di dunia pariwisata dan terkait langsung mau pun tidak langsung dengan aktivitas pendakian gunung di Bali. 

Namun, riuhnya pembicaraan tidak menggoyahkan keputusan Koster. Dia menegaskan bahwa peraturan daerah tentang larangan tersebut tengah digodok. Tercatat ada 22 gunung di Bali yang akan ditutup untuk pendakian umum dan hanya bisa dilakukan untuk upacara keagamaan, penanganan kebencanaan, atau peristiwa dan kegiatan khusus seperti penelitian. 

“Sudah ada bhisama (keputusan mengikat berdasarkan hukum agama) yang menyebutkan gunung merupakan kawasan yang disucikan,” terang Koster dalam berbagai kesempatan kepada wartawan.

Masalahnya, di lapangan sudah terlanjur banyak bidang kerja pariwisata yang bergantung pada pendakian. Jumlah pendaki Gunung Agung saja mencapai 2.000 orang perbulan, sedangkan Gunung Batur bisa 10 kali lipat dari jumlah tersebut. 

“Bisa dibayangkan, dampak atau multiplier effect-nya sangat besar. Bukan hanya pemandu gunung, tetapi juga ada jasa porter, rumah makan, penjual minuman, pedagang kopi lokal, suvenir, transportasi, biro perjalanan, penyedia alat-alat pendakian, dan masih banyak lagi,” ujar Ketua Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Bali I Ketut Mudiada. 

Karena itu, Mudiada yang biasa dipanggil Mudi berharap, pemerintah bisa memikirkan jalan tengah terkait kebijakan tersebut dan ada solusi untuk lapangan kerja yang terdampak. “Kami berharap masih ada pendakian dengan aturan ketat. Kalau pun tetap dilarang, ada solusi bagi yang terdampak,” ujarnya.

Tenaga kontrak

Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun mengatakan, Pemda Bali tidak akan meninggalkan warganya yang terkait langsung dengan penutupan pendakian di Bali.

 “Kami tidak akan membiarkan para pemandu wisata gunung di Bali kehilangan pekerjaan. Kemarin kami kumpulkan 186 pemandu wisata gunung dan akan kami transformasikan menjadi tenaga kontrak di pemerintah Provinsi Bali,” ujar  Pemayun saat ditanya wartawan di acara The Weekly Brief With Sandi Uno di Gedung Sapta Pesona, Jakarta Pusat

Pemayun menjelaskan, pascapandemi COVID-19, Pemerintah Provinsi Bali mengedepankan pengembangan pariwisata berbasis tradisi dan budaya. "Maka tagline pariwisata kami sekarang adalah Pariwisata Berbasis Budaya yang Berkualitas dan Bermartabat,” tegasnya. 


Berdasarkan garis pengembangan pariwisata berbasis tradisi dan budaya itulah, katanya, Gubernur Bali mengeluarkan aturan terkait larangan pendakian gunung di Bali. Larangan tersebut juga dikeluarkan berdasarkan pendapat sejumlah pemuka agama Hindu di Bali yang menyebutkan bahwa gunung-gunung yang ada di Bali merupakan tempat suci bagi Umat Hindu. 

Dimintai tanggapan tentang rencana Pemerintah Provinsi Bali yang akan menjadikan pemandu wisata sebagai tenaga kontrak, Mudi yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Pemandu Wisata Pendakian Gunung Agung menyatakan menyambut baik. 

Namun, katanya, Forum Pemandu Wisata Pendakian Gunung Agung tetap berharap diberi kesempatan untuk melakukan pendakian dengan aturan dan regulasi yang lebih ketat, tepat, dan terukur. 

“Jika nanti pemerintah provinsi tetap mengeluarkan perda penutupan pendakian gunung, kami berharap janji untuk menjadikan kami sebagai tenaga kontrak bukan hanya wacana. Terlepas dari itu, kami mengapresiasi pemerintah yang peduli terhadap keberlangsungan Bali. Kami mendukung hal tersebut. Kami cinta Bali dan kami hormat pada pimpinan,” tutur Mudi lewat pesan whatsapp. 

Harapan yang sama juga dikemukakan Ketua Umum APGI Rakhman Mukhlis. “Semoga ada jalan tengah, agar pariwisata dan budaya bisa berjalan seiring. Melaksanakan kegiatan wisata yang bertanggungjawab, sesuai dengan adat, kearifan lokal, dan kelestarian lingkungan,” ujarnya. ***

 

BOX 1

Usulan APGI Bali

ASOSIASI Pemandu Gunung Indonesia (APGI) pada dasarnya akan menerima dan menjalankan aturan yang akan diberlakukan oleh Pemda Bali. Namun APGI tetap berharap pendakian minat khusus gunung bisa dilakukan dengan sejumlah aturan yang lebih ketat, dikelola selaras dengan adat, budaya dan kearifan lokal. 

Berikut beberapa usulan dari APGI terkait pendakian gunung-gunung di Bali: 

1. Setiap wisatawan pendaki melakukan registrasi dengan mengisi data pribadi secara lengkap

2. Setiap wisatawan pendaki wajib didampingi pemandu wisata gunung lokal yang bersertifikat

3. Setiap pemandu dan wisatawan pendaki wajib melakukan persembahyangan sebelum pendakian

4. Setiap pemandu dan wisatawan pendaki selalu menjaga kesucian Gunung Agung dengan tidak melakukan pendakian saar cuntaka, di antaranya:

-    Perempuan sedang datang bulan

-    Memiliki keluarga meninggal sebelum dilaksanakan mesesapuh 

5. Tidak melakukan aktivitas kepemanduan dan pendakian wisata Gunung Agung di saat adanya edaran terkait upacara agama seperti: 

-    Upacara Ida Betara Turun Kabeh di Pura Agung Besakih

-    Upacara Petirtaan di Pura Pengubengan Besakih

-    Pujawali purnama kelima di Pura Pasar Agung Besakih di Sebudi

-    Piodalan Buda Wage Ukir di Pura Pasar Agung Besakih di Sebudi

-    Upacara purnama ketiga di Pura Pasar Agung Sibetan 

6. Setiap pendaki wajib menjaga pikiran, pembicaraan serta tingkah laku selama perjalanan pendakian 

7. Setiap pemandu dan wisatawan pendaki wajib menjaga kebersihan, khususnya sampah plastik, serta kelestarian alam Gunung Agung 

8.Setiap pemandu dan wisatawan pendaki Gunung Agung selalu mengutamakan keselamatan, keamanan, serta kenyamanan selama perjalanan pendakian 

9. Setiap pemandu dan wisatawan pendaki selalu berkoordinasi dengan pihak terkait jika terjadi keadaan darurat 

10. Setiap pemandu dan pendaki wisata Gunung Agung selalu mengikuti aturan serta imbauan pemerintah melalui Pusat Volcanologi dan Mitigasi Bencana Geologi mengenai status Gunung Agung terkini. *** 

 

BOX 2

Gunung-Gunung Suci yang tak Boleh Didaki 

LARANGAN pendakian gunung yang dianggap suci ternyata bukan kebijakan baru di dunia. Beberapa negara telah melakukan itu, di antaranya Nepal, Bhutan, dan China. Berikut beberapa gunung suci yang dijaga kesakralannya dan dilarang didaki. 

Macchapuchhare

Macchapuchhare (6.993 m) merupakan satu dari sekian banyak puncak gunung yang ada di Pegunungan Annapurna, bagian dari Pegunungan Himalaya di Nepal. Masyarakat Nepal terutama yang beragama Hindu percaya, puncak Macchapuchhare merupakan tempat tinggal Dewa Siwa. 

“Tidak akan ada izin untuk melakukan pendakian ke Macchapuchhare. Puncak gunung itu kami anggap suci,” ujar Ramhari dari himalayantrekkingpath.com yang biasa menangani pendakian dan hiking di Pegunungan Annapurna. 

Secara resmi Pemerintah Nepal memang telah mengeluarkan larangan pendakian Macchapuchhare pada 20 Maret 2020. Sejarah mencatat, belum ada orang yang menjejakkan kaki secara resmi di puncak Macchapuchhare. 

Namun, ada kisah yang menyebutkan tentang pendakian Letnan Kolonel James Owen Merion Roberts dari Inggris pada tahun 1957. Pendakian itu konon berhenti sekitar 45 meter dari puncak Macchapuchhare. Anehnya, setelah turun, Roberts meminta Pemerintah Nepal melakukan larangan pendakian ke gunung tersebut. 

Gangkhar Puensum

Belum pernah ada yang menapaki puncak Gunung Gangkhar Puensum (7,570 m). Tampaknya, gunung yang ada di Bhutan tersebut akan tetap menjadi ‘gunung perawan'. Pemerintah Bhutan melarang pendakian hingga puncak untuk gunung-gunung yang berada di ketinggian 6.000 meter. Berbagai sumber menyebutkan, larangan itu berkaitan dengan alasan spiritual. Masyarakat setempat yang percaya bahwa puncak-puncak gunung dengan ketinggian tertentu merupakan rumah bagi para dewa. 

Gunung Kailash

Gunung Kailash (6.638 m) terletak di Tibet. Informasi dari situs wiredforasdventure, menyebutkan bahwa lokasi kailash dekat dengan beberapa sungai terpanjang di Asia, yakni Sungai Indus dan anak Sungai Gangga). Gunung Kailash dianggap suci oleh pemeluk agama Hindu dan Budha. Setiap tahun ribuan orang berziarah dan melakukan ritual suci yang diyakini akan membawa keberuntungan. Karena pentingnya kepercayaan itu, Pemerintah China telah melarang pendakian ke Gunung tersebut. ***

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Next
Posting Lebih Baru
Previous
This is the last post.

1 Comments: